Ketika banyak orang berbicara soal pariwisata dari sisi wisatawan, Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta justru melihat dari sisi lain: masyarakat. Bagi para dosen AMPTA, pariwisata yang maju bukan hanya tentang destinasi indah dan promosi besar-besaran, tapi tentang bagaimana masyarakat di baliknya tumbuh dan berdaya.
Inilah yang melatarbelakangi lahirnya berbagai inovasi dan kegiatan pengabdian dosen AMPTA yang tak sekadar berbagi ilmu, tapi juga membantu masyarakat desa mengembangkan potensinya. Salah satunya bisa dilihat dari kegiatan pengabdian di Desa Wisata Tepus, Gunungkidul, yang digawangi oleh dosen AMPTA, Dr. Ayu Helena Cornellia.
Dari Kelas ke Lapangan: Ketika Ilmu Menyentuh Masyarakat 👨👩👧👦
Desa Wisata Tepus, yang terletak di pesisir selatan Gunungkidul, awalnya belum banyak dikenal. Padahal, desa ini punya potensi besar, seperti : keindahan alam, produk UMKM lokal seperti batik, kerajinan perak, dan olahan laut seperti keripik serta agar-agar rumput laut. Sayangnya, promosi produk dan atraksi wisata di sana masih dilakukan secara sederhana, dengan mengandalkan cara konvensional dan belum memanfaatkan teknologi digital.
Melihat kondisi itu, tim dosen STP AMPTA turun langsung. Mereka melakukan survei, diskusi kelompok (Focus Group Discussion), dan analisis kebutuhan untuk merancang program yang tepat. Hasilnya: pelatihan digital marketing bagi masyarakat dan pelaku UMKM Desa Wisata Tepus.
Lewat pelatihan ini, para dosen membimbing masyarakat agar lebih “melek digital”, mulai dari cara membuat konten media sosial yang menarik, mengelola akun Instagram desa, hingga menjual produk melalui marketplace seperti Shopee dan Tokopedia. Tujuannya sederhana tapi berdampak besar: membantu desa memasarkan diri dan produknya ke dunia yang lebih luas.
Hasil Nyata: Desa yang Berubah, Masyarakat yang Tumbuh 🌿
Dampak dari pelatihan ini terasa nyata. Akun Instagram @dewikampuss, yang menjadi wajah digital Desa Wisata Tepus, kini aktif mempromosikan atraksi wisata dan produk UMKM lokal. Jumlah pengikutnya meningkat, kontennya semakin menarik, dan desa mulai dikenal luas.
Tak hanya itu, UMKM batik dan kerajinan perak di desa ini juga mulai merambah pasar online. Pendapatan meningkat, dan semangat masyarakat pun tumbuh. Mereka mulai sadar bahwa digital marketing bukan suatu hal yang rumit, asal mau belajar dan beradaptasi.
Hasilnya? Desa Wisata Tepus kini bukan hanya berkembang, tapi juga menjadi juara 1 Lomba Desa Wisata Tingkat Kabupaten Gunungkidul 2022, masuk 300 Desa Wisata Terbaik Indonesia, dan meraih Juara Harapan 3 Homestay Tingkat Provinsi DIY. Semua pencapaian itu lahir dari kolaborasi antara kampus dan masyarakat.
AMPTA: Kampus dengan Misi Nyata 💡
Apa yang dilakukan oleh dosen AMPTA ini sejalan dengan visi besar STP AMPTA, yaitu: “Pada tahun 2032 menjadi Perguruan Tinggi Pariwisata yang berdaya saing internasional.”
Kegiatan seperti pelatihan digital marketing di Desa Wisata Tepus adalah bentuk nyata dari misi. Dimana dosen dan mahasiswa AMPTA terlibat langsung dalam memajukan masyarakat, bukan hanya lewat teori tapi lewat aksi di lapangan.
Inovasi Berkelanjutan: Dari Desa untuk Dunia 🪐
Tak berhenti di sana, program S2 Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata AMPTA juga melanjutkan semangat yang sama. Dengan visi: “Menjadi Prodi S2 Terapan Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata yang berdaya saing internasional dalam merencanakan dan mengembangkan pariwisata dan hospitality berkelanjutan pada tahun 2032.”
Program ini membekali mahasiswa agar mampu menciptakan inovasi produk pariwisata dan hospitality yang berkelanjutan, seperti: 1.Pengembangan atraksi, amenitas, dan aksesibilitas wisata. 2.Pengelolaan resort, restoran, dan akomodasi. 3.Kewirausahaan pariwisata mandiri, dan 4.Pengembangan usaha pariwisata berbasis budaya dan gastronomi.
Dengan kombinasi antara riset, inovasi, dan pengabdian, AMPTA menyiapkan lulusannya bukan hanya sebagai pekerja industri, tapi juga penggerak dan pemikir pariwisata masa depan. Mulai dari konsultan, perencana kebijakan, hingga pengelola destinasi wisata.
Dari AMPTA, Untuk Indonesia 🌍
Kisah Desa Wisata Tepus hanyalah satu dari banyak contoh nyata bagaimana AMPTA benar-benar hadir untuk masyarakat. Melalui penelitian, pelatihan, dan pendampingan, para dosen AMPTA membuktikan bahwa ilmu pariwisata bisa menjadi alat untuk pemberdayaan, bukan hanya bisnis.
Dari ruang kelas ke desa, dari teori ke praktik, dari ide ke dampak dan semuanya bermula dari satu semangat: “Pariwisata harus memberi manfaat, bukan hanya bagi wisatawan, tapi juga bagi masyarakat yang menjaganya.”
✨Bersama AMPTA, mari belajar bukan hanya untuk pintar, tapi juga untuk memberi dampak. Gabung bersama Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta, dan jadilah bagian dari gerakan nyata membangun masa depan pariwisata Indonesia yang berdaya, berbudaya, dan berkelanjutan. 🌿💫

perkuat jejaring akademik, prodi pengelolaan perhotelan sekolah tinggi pariwisata ampta yogyakarta melakukan benchmarking dengan universitas dian nuswantoro semarang
Read More5 tempat favorit mahasiswa ampta untuk belajar dan nongkrong di yogyakarta
Read Moresuasana belajar di ampta: perpaduan teori, praktik, dan pengalaman nyata
Read Moremengapa industri perhotelan percaya pada lulusan ampta?
Read Moremelangkah lebih jauh di dunia pariwisata lewat s2 perencanaan dan pengembangan pariwisata ampta
Read Morelldikti wilayah v dorong peningkatan mutu perguruan tinggi, stp ampta jadi tuan rumah pemantauan prodi 2025
Read Morebelajar jadi travel planner profesional di d4 usaha perjalanan wisata ampta
Read Morestp ampta yogyakarta gandeng unikl malaysia, bangun desa wisata religi lewat program kolaboratif dan kerjasama internasional
Read Moremenjadi manajer hotel masa depan bersama d4 pengelolaan perhotelan ampta
Read Morekenapa s1 pariwisata ampta jadi incaran calon mahasiswa pariwisata?
Read More